Rapid Test Adalah Bagian dari April Mop-nya Pemerintah

Manucafturingchemist.com

Aly Reza

Saya akhirnya tahu belaka, bahwa bakat ngepank yang dimiliki sebagian masyarakat Indonesia tidak lain adalah tauladan yang mereka dapat dari para pejabatnya. Maka nggak heran jika dalam dua tahun terakhir prank seolah menjadi tren yang cukup populer dan digandrungi. Baik dari kalangan selebritis, konten kreator, sampai kelas menangah ke bawah pun turut latah dalam euforia tersebut sebagai bentuk sami’na wa atho’na (mengikuti) kepada pemimpin. Karena pada dasarnya orang-orang di jajaran birokrat itulah yang secara terang-terangan memberi tauladan.

Dilansir dari CNN Indonesia, tersiar kabar tidak mengenakkan perihal penggunaan rapid test yang ternyata dinilai nggak cukup efektif lagi akurat. Dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI, Letjen Doni Monardo selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala BNPB mengaku kalau metode pengambilan sampel darah kilat (rapid test)  kadang kala menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Kok bisa?

Pasalnya, ketika hasil rapid test kembali diuji melalui metode pengambilan lendir hidung atau tenggorokan (Polymerase Chain Reaction/PCR) hasilnya bisa bertolak belakang. Misalnya, seseorang yang habis melalui rapid test dinyatakan positif, tapi dites kembali dengan menggunakan PCR hasilnya bisa mendadak berubah jadi negatif. Atau sebaliknya. Ini kan nggak beres? Walhasil PCR sekarang menjadi metode yang lebih direkomendasikan meskipun rapid test menurut Letjen Doni, nggak sepenuhnya juga ditinggalkan.

Maka, tak ayal jika banyak masyarakat yang ngerasa geram dan sangat kecewa dengan kinerja pemerintah. Bahkan, untuk kasus yang se-vital ini, pemerintah kok ya sempet-sempetnya bercanda. Ini nyawa orang banyak loh masalahnya.

Sejak berita tersebut naik di media sosial maupun televisi per pukul 04:32 pagi tadi, kolom komentar pemberitaan tersebut sontak saja di-gruduk warganet dengan rasa geram yang memuncak, sampai keluar pisuhan yang melibatkan seisi kebun binatang. Nggak terkecuali salah satu kawan saya yang menginap di rumah. “Jian tenan og pemerentah iki. Nyowone uwong digawe dolanan iki piye, tho? (Nyawanya orang dibuat mainan ini gimana?)” gerutu kawan saya.

Kenapa banyak yang menanggapi dengan seheboh itu? Begini, salah langkah tersebut tentu berdampak sangat fatal. Pertama, bagi korban yang dari rapid test dinyatakan positif, sejak pertama kali dia divonis mengidap Covid-19 pasti akan mengalami tekanan batin yang luar biasa. Di samping karena akibat virus itu sendiri, bebannya akan lebih berat karena ya kita tahu sendiri lah stigma masyarakat kita terhadap pasien positif kayak gimana. Belum lagi kebayang kalau mati jenazahnya bakal ditolak di sana-sini. Dan ternyata, ketika hasil tes PCR keluar, hasilnya adalah negatif. Prank kayak gini itu nggak lucu tahu hmmmm.

Kedua, bagi orang yang dinyatakan negatif melalui rapid test pastinya akan sangat lega karena masih bisa sedikit leluasa dalam beraktivitas. Sampai kemudian, keluarlah hasil PCR yang menyatakan bahwa orang ini sudah terpapar. Kalau sudah begini, bukan hanya si korban yang shock berat, orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya pun pastinya turut gelagapan. Dan nggak menutup kemungkinan, loh, satu atau dua orang yang pernah berinteraksi dengannya sudah tertular. Kan bahayaaa.

Yang ngegemesin adalah, tingkat akurasi rapid test sebenarnya sudah diragukan banyak kalangan bahkan sejak langkah tersebut diambil Presiden Joko Widodo sejak Kamis (19/3) lalu. Mengutip CNN Indonesia, sebuah jurnal berjudul Antibody Responses to SARS-CoV-2 in Patients of Novel Coronavirus Disease 2019 menyebut, sensitivitas rapid test hanya menyentuh peluang 36 prosen dari 100 kasus yang ada. Duh, jauh banget.

Saya mulai mengendus aroma-aroma April Mop di balik kecerobohan ini semua. Bulan April entah bagaimana muasalnya dijadikan sebagai bulan di mana menjahili atau ngeprank sesama adalah hal yang dihalalkan. Meskipun ya kita tahu, beberapa prank mengiringi perayaan April Mop sering kali justru berbuntut pada raibnya nyawa. Seperti beberapa tahun ke belakang, ada tuh yang ulang tahun bulan April, terus si anak yang ulang tahun ini diceburin ke kolam dan akhrinya mati tenggelam gegara nggak bisa renang.

Untuk urusan April Mop, nyawa memang seperti nggak ada harganya. Pokoknya yang penting pihak yang ngeprank bahagia gitu aja. Masalah gimana nanti nasib yang di-prank, ya bodo amat. Itulah kenapa kemudian saya curiga, pemerintah lagi ngeprank kita nih, mungkin, April Mop juga gitu,

Dugaan saya diperkuat dengan fakta: awal bulan ini, tepatnya tanggal 2 April, Menteri Hukum dan HAM—Yasonna Laoly—sempat mengusulkan revisi terhadap Peraturan Pemerintah  Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang intinya adalah membebaskan napi koruptor. Kalau alasannya biar penghuni lapas nggak overload unuk menghindari paparan virus Corona, terus kenapa cuma napi koruptor yang dibebasin? Ah April Mop ini pasti, mau ngeprank masyarakat.

Tapi sebelum melangkah lebih jauh, Pak Presiden melalui pernyataan resminya pada Senin (06/3) menegaskan, hal tersebut tidak pernah diwacanakan dalam rapat-rapat sebelumnya. Yang ada hanyalah pembahasan mengenai pembebasan napi kasus pidana kategori umum. Modyaaarrr koweee.

Apa yang bisa kita simpulkan? Sadar nggak sih selain di tengah masyarakat, ternyata di dalam birokrat juga sedang saling ngeprank? Heuheuheu.

Saya menduga, jangan-jangan Yasonna ini sudah bilang sama sahabat-sahabatnya para napi korupsi kalau dia bakal ngebebasin mereka, mumpung ada peluang. Tentu sahabat-sahabatnya sumringah, dong, denger kabar tersebut. Maka mulailah Yasonna menyusun skema untuk memuluskan aksinya. Eh ternyata, sama Presiden rencana itu dirontokkan hanya dengan beberapa patah kata saja yang tersiar di berbagai saluran televisi swasta.

Saya jadi membayangkan adegan seperti ini: para napi korupsi yang kena PHP ini bakal menuduh kalau Yasonna lagi ngeprank mereka. “Hei Yasonna, kamu ngeprank, yaaa?” gugat para napi korupsi. Dengan wajah yang mimbik-mimbik Yasonna lantas menjawab, “Enak saja, ha wong aku sendiri ya di-prank Pak Jokowi og. Kena April Mop.” Wqwqwq~

April belum genap sepuluh hari, dan masyarakat sudah harus menerima prank yang sedemikan rupa. Sepertinya prank-prank ini nggak mungkin cukup sampai di sini. Kita tunggu saja ada kejutan apalagi dari pemerintah dalam satu bulan ke depan. Bersiaplah, karena dalam April Mop, hal-hal kejam bahkan dianggap cuma sebatas bercandaan, hahaha.

Rembang, 2020

Tinggalkan komentar